Pages
Categories
Archives
Meta
Pages
Categories
Archives
GLOBAL WARMING..SAVE EARTH
Posted in: NEWS by dinda on February 24, 2009
Dampak pemanasan global
Tahun 2040 : 2.000 pulau tenggelam
Mungkin Anda menduga, udara yang akhir-akhir ini makin panas,
bukanlah
suatu masalah yang perlu kita risaukan.
“Mana mungkin sih tindakan satu-dua makhluk hidup di jagat semesta
bisa
mengganggu kondisi planet bumi yang mahabesar ini?” barangkali
begitulah
Anda berpikir.
Baru-baru ini, Inter-governmental Panel on Cimate Change (IPCC)
memublikasikan hasil pengamatan ilmuwan dari berbagai negara. Isinya
sangat
mengejutkan. Selama tahun 1990-2005, ternyata telah terjadi
peningkatan
suhu merata di seluruh bagian bumi, antara 0,15 – 0,3o C. Jika
peningkatan
suhu itu terus berlanjut, diperkirakan pada tahun 2040 (33 tahun
dari
sekarang) lapisan es di kutub-kutub bumi akan habis meleleh. Dan jika
bumi
masih terus memanas, pada tahun 2050 akan terjadi kekurangan air
tawar,
sehingga kelaparan pun akan meluas di seantero jagat. Udara akan
sangat
panas, jutaan orang berebut air dan makanan. Napas tersengal oleh asap
dan
debu. Rumah-rumah di pesisir terendam air laut. Luapan air laut makin
lama
makin luas, sehingga akhirnya menelan seluruh pulau. Harta benda
akan
lenyap, begitu pula nyawa manusia.
Di Indonesia, gejala serupa sudah terjadi. Sepanjang tahun 1980-2002,
suhu
minimum kota Polonia (Sumatera Utara) meningkat 0,17o C per tahun.
Sementara, Denpasar mengalami peningkatan suhu maksimum hingga 0,87 o C
per
tahun. Tanda yang kasatmata adalah menghilangnya salju yang dulu
menyelimuti satu-satunya tempat bersalju di Indonesia , yaitu Gunung
Jayawijaya di Papua.
Hasil studi yang dilakukan ilmuwan di Pusat Pengembangan Kawasan
Pesisir
dan Laut, Institut Teknologi Bandung (2007), pun tak kalah
mengerikan.
Ternyata, permukaan air laut Teluk Jakarta meningkat setinggi 0,8 cm.
Jika
suhu bumi terus meningkat, maka diperkirakan, pada tahun 2050
daera-daerah
di Jakarta (seperti : Kosambi, Penjaringan, dan Cilincing) dan
Bekasi
(seperti : Muaragembong, Babelan, dan Tarumajaya) akan terendam
semuanya.
Dengan adanya gejala ini, sebagai warga negara kepulauan, sudah
seharusnya
kita khawatir. Pasalnya, pemanasan global mengancam kedaulatan negara.
Es
yang meleleh di kutub-kutub mengalir ke laut lepas dan menyebabkan
permukaan laut bumi – termasuk laut di seputar Indonesia – terus
meningkat.
Pulau-pulau kecil terluar kita bisa lenyap dari peta bumi, sehingga
garis
kedaulatan negara bisa menyusut. Dan diperkirakan dalam 30 tahun
mendatang
sekitar 2.000 pulau di Indonesia akan tenggelam. Bukan hanya itu,
jutaan
orang yang tinggal di pesisir pulau kecil pun akan kehilangan tempat
tinggal. Begitu pula asset-asset usaha wisata pantai.
Peneliti senior dari Center for International Forestry Research
(CIFOR),
menjelaskan, pemanasan global adalah kejadian terperangkapnya
radiasi
gelombang panjang matahari (disebut juga gelombang panas / inframerah)
yang
dipancarkan bumi oleh gas-gas rumah kaca (efek rumah kaca adalah
istilah
untuk panas yang terperangkap di dalam atmosfer bumi dan tidak bisa
menyebar). Gas-gas ini secara alami terdapat di udara (atmosfer).
Penipisan
lapisan ozon juga memperpanas suhu bumi. Karena, makin tipis lapisan
lapisan teratas atmosfer, makin leluasa radiasi gelombang pendek
matahari
(termasuk ultraviolet) memasuki bumi. Pada gilirannya, radiasi
gelombang
pendek ini juga berubah menjadi gelombang panas, sehingga kian
meningkatkan
konsentrasi gas rumah kaca tadi.
Karbondioksida (CO2) adalah gas terbanyak (75%) penyumbang emisi gas
rumah
kaca. Setiap kali kita menggunakan bahan bakar fosil (minyak, bensin,
gas
alam, batubara) untuk keperluan rumah tangga, mobil, pabrik, ataupun
membakar hutan, otomatis kita melepaskan CO2 ke udara. Gas lain yang
juga
masuk peringkat atas adalah metan (CH4,18%), ozone (O3,12%), dan
clorofluorocarbon (CFC,14%). Gas metan banyak dihasilkan dari proses
pembusukan materi organic seperti yang banyak terjadi di peternakan
sapi.
Gas metan juga dihasilkan dari penggunaan BBM untuk kendaraan.
Sementara
itu, emisi gas CFC banyak timbul dari sistem kerja kulkas dan AC
model
lama. Bersama gas-gas lain, uap air ikut meningkatkan suhu rumah
kaca.
Gejala sangat kentara dari pemanasan global adalah berubahnya iklim.
Contohnya, hujan deras masih sering datang, meski kini kita sudah
memasuki
bulan yang seharusnya sudah terhitung musim kemarau. Menurut
perkiraan,
dalam 30 tahun terakhir, pergantian musim kemarau ke musim hujan
terus
bergeser, dan kini jaraknya berselisih nyaris sebulan dari normal.
Banyak
orang menganggap, banjir besar bulan Februari lalu yang merendam lebih
dari
separuh DKI Jakarta adalah akibat dari pemanasan global saja. Padahal
35%
rusaknya hutan kota dan hutan di Puncak adalah penyebab makin
panasnya
udara Jakarta . Itu sebabnya, kerusakan hutan di Indonesia bukan
hanya
menjadi masalah warga Indonesia , melainkan juga warga dunia.
Direktur
Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), mengatakan,
Indonesia
pantas malu karena telah menjadi Negara terbesar ke-3 di dunia
sebagai
penyumbang gas rumah kaca dari kebakaran hutan dan pembakaran lahan
gambut
(yang diubah menjadi permukiman atau
hutan industri). Jika kita tidak bisa menyelamatkan mulai dari
sekarang, 5
tahun lagi hutan di Sumatera akan habis, 10 tahun lagi hutan
Kalimantan
yang habis, 15 tahun lagi hutan di seluruh Indonesia tak tersisa. Di
saat
itu, anak-anak kita tak lagi bisa menghirup udara bersih.
Jika kita tidak secepatnya berhenti boros energi, bumi akan sepanas
planet
Mars. Tak akan ada satupun makhluk hidup yang bisa bertahan,
termasuk
anak-anak kita nanti.
Cara-cara praktis dan sederhana ‘mendinginkan’ bumi :
1. Matikan listrik.
(jika tidak digunakan, jangan tinggalkan alat elektronik dalam
keadaan
standby. Cabut charger telp. genggam dari stop kontak.
Meski listrik tak mengeluarkan emisi karbon, pembangkit listrik PLN
menggunakan bahan baker fosil penyumbang besar emisi).
2. Ganti bohlam lampu (ke jenis CFL, sesuai daya listrik. Meski
harganya
agak mahal, lampu ini lebih hemat listrik dan awet).
3. Bersihkan lampu (debu bisa mengurangi tingkat penerangan hingga
5%).
4. Jika terpaksa memakai AC (tutup pintu dan jendela selama AC
menyala.
Atur suhu sejuk secukupnya, sekitar 21-24o C).
5. Gunakan timer (untuk AC, microwave, oven, magic jar, dll).
6. Alihkan panas limbah mesin AC untuk mengoperasikan water-heater.
7. Tanam pohon di lingkungan sekitar Anda.
8. Jemur pakaian di luar. Angin dan panas matahari lebih baik
ketimbang
memakai mesin (dryer) yang banyak mengeluarkan emisi karbon.
9. Gunakan kendaraan umum (untuk mengurangi polusi udara).
10. Hemat penggunaan kertas (bahan bakunya berasal dari kayu).
11. Say no to plastic.
Hampir semua sampah plastic menghasilkan gas berbahaya ketika dibakar.
Atau
Anda juga dapat membantu mengumpulkannya untuk didaur ulang kembali.
12. Sebarkan berita ini kepada orang-orang di sekitar Anda, agar
mereka
turut berperan serta dalam menyelamatkan bumi.
sumber http://blog.bukukita.com/users/nitnut/?postId=5472